Menjadi kaya adalah dambaan setiap orang, baik itu orang waras ataupun setengah waras bahkan tidak waras sekalipun. Semuanya pasti kepengin Kaya. Kalau bisa langsung Kaya tanpa harus capek-capek kerja. Tapi namanya juga hidup, butuh proses dan waktu. Tidak mungkin hanya dalam sekejab langsung kaya tanpa harus kerja. Bahkan sebagaian orang mengatakan sedangkan kerja saja tidak dapat menjamin jadi kaya, apa lagi hanya berpangku tangan saja. Kecuali bila ambil jalan pintas untuk kaya, seperti Merampok Bank mungkin, Pelihara Tuyul sambil ngepet, atau yg lagi banyak dilakukan orang sekarang seperti jadi Bandar Togel. Mungkin bisa kaya dengan cara-cara tersebut, tapi prosesnya tidak alami, bahkan dapat dikatakan cara-cara tersebut juga merugikan orang lain. Kita Ingin dengan cara-cara yg alami dan manusiawi untuk menjadi seorang yang Kaya..( duh bahasanya.. kayak orang arif saja ).
Seperti orang -orang Besar dibawah ini, mereka tidak melupakan proses untuk menjadi seorang Kaya dan besar. Menjalani Proses tersebut dengan sabar dan tekun. Mungkin dari awal mereka merangkak, lalu perlahan berdiri, setelah itu coba berjalan pelan, lalu berlari kecil, Dan akhirnya sekarang mereka kemana-mana naik mobil mewah yang berkelas. Itulah hasil dari kerja keras mereka. Sekedar mengambil perbandingan antara mereka dan kita sepertinya tidak salah. Untuk itu disini saya akan cantumkan baberapa tokoh yang digolongkan menjadi ” orang yang terkaya di Republik tercinta ini ” . saya memulainya dari urutan 10 sampai 1.
Eddy William Katuari ( urutan ke 10 dengan total kekayaan 1,2 milyar Dolar AS)
Dengan Perusahaan PT. Wings Indonesia
Wings bukan nama baru dalam bisnis toiletries. Perusahaan yang didirikan di Surabaya pada 1950 oleh Johannes dan Harjo Sutanto ini awalnya hanyalah industri rumah tangga penghasil sabun batangan. Sukses di industri sabun rakyat, pada 1970-an, kelompok usaha Wings, yang diperkuat keluarga Tanojo, mulai merambah industri kimia bahan baku sabun. Kini Wings sudah berkembang menjadi raksasa. Usaha kelompok yang kini berada di bawah komando Eddy William Katuari ini telah merambah berbagai sektor, dari kelapa sawit sampai real estate, dari mi instan hingga bank. Total kekayaan perusahaan ini diperkirakan mencapai Rp 13 triliun.
Rajawali Corporation adalah salah satu Perusahan yang di miliki oleh Peter Sondakh.di bawah kepak sayap Grup Rajawali, Peter mengendalikan sejumlah bisnis. Antara lain Express Group (operator taksi terbesar kedua di tanah air) serta beberapa proyek properti.September tahun lalu Peter membuka Hotel St Regis di Bali. Dia juga memiliki rumah peristirahatan di kawasan elite Beverly Hills, AS, yang berdekatan dengan kediaman para pesohor Amerika. Misalnya, aktor Denzel Washington dan penyanyi gaek Rod Stewart. Dan jangan lupakan Peter Sondakh juga mempunyai saham di PT. Semen Gresik sebesar 21%. Pada Tahun 2009 Peter sondakh menerime gelar kehormatan Tan Sri atau Panglima Setia diberikan oleh Yang Dipertuan Agung Malaysia pada saat perayaan hari ulang tahun Mizan Zainal Abidin di Istana Yang Dipertuan Agung, di Kuala Lumpur, Sabtu atas Kontribusinya dalam dunia Pariwisata Malaysia dengan membangun hotel bintang Lima Sheraton Imperial di Kuala Lumpur dan Westin Langkawi, Resort & SPA.
Dato Low Tuck Kwong adalah seorang berdarah Singapura-Indonesia. Lahir di Singapura pada tahun 1948, dia mengubah kewarganegaraan pada tahun 1992 untuk memungkinkan bisnis yang akan berjalan lebih lancar.Dato’ Low membeli saham PT. BYAN ini di kisaran harga Rp5.781,25 per saham untuk tujuan investasi. Total saham BYAN dalam genggamannya mencapai 1.969.381.000 lembar saham. Setelah itu, Dato’ masih membeli saham Bayan Resources, yang menambahkan batu bara di Pulau Kalimantan .
Karena harga batu bara terus naik, kekayaan Dato’ pun berlipat ganda. Dengan perusahaan batu bara Bayan Resources, pengusaha kelahiran Singapura ini mempunyai kekayaan 1,2 miliar dolar AS. Harta milik pria berusia 61 tahun ini meningkat sedikit dari kekayaan yang dilansir Forbes Asia pada akhir 2009, senilai 1,18 miliar dolar AS.
Karena harga batu bara terus naik, kekayaan Dato’ pun berlipat ganda. Dengan perusahaan batu bara Bayan Resources, pengusaha kelahiran Singapura ini mempunyai kekayaan 1,2 miliar dolar AS. Harta milik pria berusia 61 tahun ini meningkat sedikit dari kekayaan yang dilansir Forbes Asia pada akhir 2009, senilai 1,18 miliar dolar AS.
Putera Sampoerna (lahir di Schidam, Belanda pada 13 Oktober 1947) adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai presiden ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna. Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Dia adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan Sampoerna.
Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan nikotin. HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air dengan produknya, A Mild.
Pada awal 2006, dikabarkan bahwa Putera, yang dikenal menggemari judi, telah menjadi pemilik perusahaan judi raksasa yang bermarkas di Gibraltar, Mansion. Pada saat yang sama, Mansion dilaporkan akan menggantikan Vodafone sebagai sponsor klub sepak bola Manchester United selama empat tahun dalam kontrak senilai 60 juta poundsterling, namun kontrak tersebut kemudian dibatalkan. Kemudian beralih menjadi sponsor klub sepakbola Liga Inggris lainnya Totenham Hotspur sejak musim 2006-2007. Selain itu, Putera Sampoerna juga membeli kasino Les Ambassadeurs di London dengan harga 120 juta poundsterling.
Di kalangan pengusaha keturunan Tionghoa, Sukanto Tanoto bukanlah nama asing. Ia dikenal sebagai usahawan yang berhasil meniti sukses dari tangga paling bawah. Namanya pernah menjadi bahan pembicaraan di ajang nasional lantaran PT Inti Indorayon Utama miliknya yang berlokasi di Porsea, Sumatra Utara, dianggap telah mencemari lingkungan. Gara-garanya, penampung limbah dari pabrik bubur kertas dan rayon itu jebol dan mengotori Sungai Asahan. Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, 1972. “Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor kayu lapis,” ujarnya. “Saya itu pioner,” katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah.
“Strategy competition saya itu satu dua step sebelum orang mengerjakannya,” ungkapnya. Ketika belum ada orang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing, di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.
“Setelah itu baru kita bikin Indorayon,” tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat ditutup.
Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau,” ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001. Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena global, minimal di Asia. Tujuan utamanya, menurut dia, “Bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.”
Lelaki yang baru berusia 46 tahun ini berasal dari Pematang Siantar, Sumatera Utara. Salah satu diantara 48 Perusahaan yang dimiliki Martua sitorus adalah PT Multimas Nabati Asahan, yang memproduksi minyak goreng bermerek Sania. Pada akhir 2005, kelompok usaha yang resminya bernama Wilmar International Limited ini memiliki total aset US$1,6 miliar, total pendapatan US$4,7 miliar, dan laba bersih US$58 juta. pada 1991 Martua mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di Sumatera Utara. Di tahun yang sama pula ia berhasil membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya. Pada 1996 Martua berekspansi ke Malaysia dengan membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di sana. Kini, bisnis Martua dan Kuok Khoon Hong terus berkembang. Selama sembilan bulan pertama 2006, pendapatan Wilmar Corp. naik 7,8% menjadi US$3,7 miliar dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$3,4 miliar. Adapun laba bersihnya selama sembilan bulan pertama 2006 tumbuh 56,4% mencapai US$68,3 juta dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$43,6 juta.
Abu rijal memiliki bebrapa Perusahaan yg bergerak di berbagai bidang, duantaranya adalah Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Multicapital, anak usaha Bakrie Capital dan Bumi Resources (BUMI) baru mendapat jatah terbesar dari divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara. Multicapital akhirnya mendapatkan 75% dari 14% jatah divestasi Newmont tahun 2008 dan 2009, setelah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mundur. Padahal sebelumnya, Multicapital sudah mendapat jatah 75 persen dari 10 persen saham divestasi Newmont tahun 2006 dan 2007. Diperkirakan pada Tahun – tahun mendatang Bakrie akan menjadi orang paling kaya Di Indonesia karena kontrak kerja ini.
Anthony Salim alias Liem Hong Sien, CEO Group Salim terpilih sebagai salah seorang 10 Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi Warta Ekonomi. Sebelum krisis moneter dan ekonomi 1998, Group Salim terbilang konglomerasi terbesar di Indonesia dengan aset mencapai US$ 10 milyar (sekitar Rp 100 trilyun).Majalah Forbes bahkan pernah menobatkan Grup Salim sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Bank Central Asia, miliknya di-rush pada saat krisis multidimensional 1998 itu. Untuk mengatasinya, terpaksa menggunakan BLBI dan akibatnya berutang Rp 52 trilyun. Anthony yang sudah dipercayakan memegang kendali perusahaan menggan tikan ayahandanya Sudono Salim (Liem Sioe Liong) ini pun bertanggung jawab. Dia melunasi seluruh utangnya, walaupun harus terpaksa melepas beberapa perusahaan. Di antara perusahaan yang dilepas adalah PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA (kemudian dikuasai Farallon Capital dan Grup Djarum) dan PT Indomobil Sukses Internasional. Namun, dia tetap mempertahankan beberapa perusahaan, di antaranya PT Indofood Sukses Makmu Tbk, dan PT Bogasari Flour Mills, yang merupakan produsen mi instan dan terigu terbesar di dunia. Selain itu juga berkibar beberapa perusahaan di luar negeri, di antaranya di Hong Kong, Thailand, Filipina, Cina dan India.
Tahun 1980-1981 ia membeli perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau, mesin serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton. Perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton dibelinya pula. Tahun 1982, ia membeli Bank Internasional Indonesia. Awalnya BII hanya ducabang dengan aset Rp. 13 milyar. Setelah dipegang dua belas tahun, BII kini memiliki 40 cabang dan cabang pembantu, dengan aset Rp. 9,2 trilyun. PT Indah Kiat juga dibeli. Produksi awal (1984) hanya 50.000 ton per tahun. Sepuluh tahun kemudian produksi Indah Kiat menjadi 700.000 ton pulp per tahun, dan 650.000 ton kertas per tahun. Tak sampai di bisnis perbankan, kertas, minyak, Eka juga merancah bisnis real estate. Ia bangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan. Di Roxy ia bangun apartemen Green View, di Kuningan ada Ambassador.
pertumbuhan pesat industri rokok di Tanah Air membuat sejumlah pemilik dan pengusaha rokok muncul sebagai orang kaya Baru. Salah satunya adalah Budi Hartono yang memiliki Perusahaan Rokok PT. Jarum Kudus. Perusahaan rokok Djarum didirikan oleh Oei Wie Gwan pada 1951 di Kudus. Kini Djarum menjadi produsen rokok kretek terbesar ketiga di Indonesia. Perusahaan itu juga menguasai pasar kretek di Amerika.
Budi Hartono menyadari bahwa bisnis kretek saja tidak akan mampu melanggengkan grup bisnis mereka. Karena itu, mereka mulai melebarkan sayap ke dalam sektor properti dan kini memiliki beberapa properti pilihan di Jakarta, di antaranya adalah Grand Indonesia, proyek properti terbesar di negeri ini.
Keluarga Hartono secara resmi menguasai 46% saham BCA, bank swasta terbesar di Indonesia. Investasi itu telah bertumbuh dari 500 juta dolar AS pada 2002 menjadi 3,6 miliar dolar AS. Pertumbuhan pesat itu sebagai hasil dari meningkatnya harga saham BCA sampai lebih dari 70% selama kurun waktu 1,5 tahun terakhir ini.
Menurut beberapa sumber, saham Budi di BCA bahkan lebih tinggi karena dia mulai mengakumulasi saham di bank itu begitu BCA go public. Untuk memperkuat posisinya di bank itu, Budi telah mengambil 90 persen saham di Farindo Investments Mauritius, mitra joint venture dan bersama mereka menguasai 51 persen saham di BCA.
Akuisis BCA menjadikan Djarum mampu membangun pilar ketiga bagi ekspansi kerajaan bisnisnya. Proses akuisisi itu juga membuat Budi menjadi pemegang saham yang paling menentukan di bank swasta terbesar di Indonesia tersebut. Dia sedang mempersiapkan putra bungsunya, Armand, agar kelak memimpin BCA.
Selain bisnis perbankan dan rokok, Djarum Group juga telah lama berinvestasi di pasar properti. Dulu, kelompok bisnis itu memiliki Wholesale Trade Center (WTC) di Mangga Dua, Jakarta.
Namun proyek terbesar mereka adalah pembangunan Grand Indonesia. Nilai proyeknya mencapai 230 juta dolar AS.
Pembangunan Grand Indonesia direncanakan mencakup lahan seluas tujuh hektare, di lokasi sekitar Hotel Indonesia. Proyek itu meliputi pembangunan mal, gedung perkantoran dan apartemen mewah.
Itulah 10 Orang yang berhasil mengumpulkan pundu -pundi hartanya dengan berbagai cara dan metode. sekarang mereka tinggal menikmati hasil jerih payah dan perjuangan mereka selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar